Kau Hujan dan Aku Pelangimu...
Tak selamanya segala yang tersembunyi di dalam hati, tersangkut di ujung lidah, berlari-lari di pojok kepala, bisa dengan mudah terucapkan dengan bantuan pita suara sebagai kata-kata. Kadang kala ada beberapa yang akhirnya hanya bisa lagi dan lagi terpendam, meski ingin sekali diungkapkan, ingin sekali dipahami. Lelaki hujan. Dingin, datar, nyaris tanpa suara. Dunianya hening, sahabatnya bercerita hanyalah rumus dan angka, hitam putih, monokrom. Baginya cinta bukanlah puisi, coklat atau rangkaian bunga, namun seperti halnya rumus matematika, ketika Aku + Kamu = Kita. Begitu sederhananya. Perempuan pelangi. Makhluk verbal yang selalu menginginkan untaian kata agar jatuh cinta. Dunianya multi warna, mejikuhibiniu. Baginya cinta layaknya bunga, dirawat, disiram, dipupuk hingga kuncup dan mekar kelopaknya. Ahh sayang sekali, betapapun kuat mereka mendamba, namun pelangi hanya datang selepas hujan menghilang. Lelaki hujan dan perempuan pelangi, keduanya tak pernah mampu b...