try to love (again) Indonesia

BAPAK Proklamator Republik Indonesia, Soekarno dan M Hatta, baru saja diresmikan menjadi pahlawan nasional. Tentu berkaca dari perjuangan dua sosok yang berjasa besar dalam kemerdekaan Indonesia, gelar pahlawan nasional dapat dianggap hal “yang sudah seharusnya”.
Berbicara tentang pahlawan, selalu menghadapkan kita pada orang-orang yang mau berkorban demi orang lain; lebih luas lagi, untuk bangsa dan negaranya. Contohnya Gajah Mada yang bersumpah tidak akan memakan buah palapa jika belum berhasil menyatukan Nusantara, atau Bung Hatta yang berjanji tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Terlihat jelas ciri khas seorang pahlawan adalah mereka yang menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingan dirinya sendiri. Sebuah sifat yang kini sulit kita temukan pada pejabat Tanah Air yang dianggap berperan sebagai perwakilan rakyat Indonesia. Sungguh sangat miris melihat pejabat negeri yang seharusnya mampu menempatkan diri menjadi pahlawan bagi rakyat miskin tetapi justru bertindak sesuka hati bahkan cenderung lebih banyak yang mementingkan diri sendiri hingga tega melakukan korupsi.

Pahlawan terdahulu bukanlah mereka yang menempatkan diri pada jalur penuh tepuk tangan. Justru perjuangan pahlawan Indonesia saat itu lebih banyak diisi dengan pengasingan, intaian peluru serta ancaman-ancaman kematian. Sebuah pilihan yang sekali lagi dapat kita katakan luar biasa.

Mengutip kata-kata Rahmat Abdullah, “Cinta akan meminta semuanya dari dirimu. Sampai fikiranmu, sampai perhatianmu. Berjalan, duduk, dan tidurmu. Bahkan di saat lelapmu.” Seperti itulah kekuatan besar dari sebuah rasa yang bernama cinta. Rasa cinta para pahlawan terhadap bangsa ini, yang kemudian membuat mereka mampu berkorban sangat besar bagi Indonesia, tetap berusaha menjadi bagian dari solusi permasalahan bangsa meski nyawa taruhannya. Menjadi sangat mengenaskan banyak pemuda hari ini yang kemudian malu mengaku diri sebagai bagian dari Indonesia. Seakan lupa bahwa bangsa ini terlahir dari tingkah laku warga negaranya, yang artinya bisa jadi mereka juga berkonstribusi pada penilaian negatif terhadap bangsa ini.

Kita memang bebas memilih untuk tetap mencintai Indonesia atau terus menghujat Indonesia. Tapi bukankah akan lebih bijak jika kemudian kita mau berusaha memiliki ciri khas sifat pahlawan di atas, berusaha menjadikan diri sebagai bagian dari solusi permasalahan bangsa, daripada menghujatnya terus menerus. Berusaha mewujudkan pesan cinta para pahlawan yang tertuang dalam alinea keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yaitu, “Untuk membentuk suatu pemerintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Jika rasa cinta ini telah memudar, mari bersama kita tumbuhkan kembali rasa cinta terhadap negeri ini. Sebuah negeri yang terbentuk dari darah dan air mata para pahlawan masa lalu. Melanjutkan perjuangannya menjadi garuda muda yang siap berbakti untuk Ibu Pertiwi karena rasa cinta yang bergelora di dalam hati. Mari belajar kembali untuk mencintai Indonesia.

Kuncoro Probojati
Presiden BEM FH
Universitas Sebelas Maret

referensi :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kamus cowok !

Jejak Panjang Seni Lukis Modern Indonesia part.2

Mickey Mouse