Drajat Sandal Jepit Naik..!

KOMPAS.com — Havaianas, merek sandal jepit dari Brasil, tahun ini merayakan hari jadinya yang ke-50. Luar biasa bagaimana alas kaki sekelas sandal jepit ternyata bisa menjadi produk ekspor paling terkenal dari Brasil. Tahun lalu, Havaianas menjual 210 juta pasang sandal jepit di seluruh dunia. Sebanyak 15 persen dari total produksinya diekspor ke 80 negara. Sandal karet warna-warni ini dipajang di etalase toko-toko di Bloomingdale's dan Neiman Marcus, dan dikenakan oleh orang-orang dari perkampungan hingga tempat liburan mewah di Eropa.

Havaianas, bahasa Portugis yang berarti "orang Hawai", menjadi simbol dari negara itu.

"Sandal jepit ini keren, penuh warna, santai, tapi chic. Mereka merupakan intisari dari segala sesuatu yang dianggap orang menarik tentang Brasil," tutur konsultan fashion kelahiran Brasil, Abraao Ferreira.

Alas kaki dengan desain sederhana ini konon diinspirasi dari sandal zori dari Jepang yang biasa dikenakan para geisha. Menurut Rui Porto, salah seorang pejabat di Havaianas, beberapa pejabat dari Alpargatas (perusahaan induk Havaianas) memang melakukan perjalanan ke Jepang sebelum peluncuran produk sandal jepit ini pada tahun 1962.

"Namun, asal-muasal gaya sandal ini boleh dibilang di era yang sama dengan penemuan roda. Makanya tidak ada paten mengenai sandal jepit," ujarnya.

Meskipun bukan menjadi pihak yang memiliki patennya, Havaianas tetap menjadi pionir berkat formula sol karetnya yang empuk. Hal inilah yang membedakan label tersebut dari produk sandal jepit lain yang menggunakan sol plastik dengan harga lebih murah. Banyak yang penasaran dengan sol empuk Havaianas. Namun, tak ada yang berhasil mengungkap rahasia tersebut.

Pada mulanya, sandal jepit ini hanya mempunyai sol putih dengan tali berwarna biru langit, hitam, atau kuning, mirip sandal jepit biasa yang dijual di pinggir jalan. Sandal ini dijual di pasar sehingga menjadi salah satu benda wajib rakyat miskin, selain beras dan kacang-kacangan.

"Havaianas itu hampir sinonim dengan kemiskinan. Mereka dijual seperti suatu komoditas, tanpa investasi dalam hal desain, marketing, atau inovasinya. Seluruh model bisnisnya hanya berdasarkan menjual sebanyak mungkin sandal jepit untuk menurunkan biaya produksinya," papar Porto.

Label ini bukannya tak memiliki kompetitor. Memasuki awal 1990-an, market share-nya mulai berkurang akibat kehadiran merek-merek lain dari dalam negeri. Para pejabat perusahaan pun dipaksa mengubah strateginya. Langkah yang dilakukan adalah melakukan rebranding Havaianas sebagai aksesori fashion. Di luar dugaan, langkah tersebut justru makin melejitkan nama merek ini.

Dalam segi desain, perubahan dilakukan terhadap warna menjadi satu saja. Solnya tidak lagi berwarna putih, tetapi disamakan dengan warna talinya. Mulai 1994, hadirlah lini baru sandal jepit satu warna dalam warna hitam, royal blue, pink, dan ungu.

Setelah itu, sandal warna-warni ini terlihat di mana-mana. Sandal ini dikenakan para perempuan yang makan siang di kawasan permukiman di Leblon, Rio de Janeiro, ke orang-orang yang pergi ke salon, nonton pertandingan bola di pantai, barbecue, hingga kalangan pengusaha ketika membawa anjing mereka jalan-jalan.

Dari hanya empat warna, kini mereka memiliki sandal dalam 23 warna, dengan gambar-gambar print pada sol atau aplikasi pada talinya. Label perhiasan Brasil, H Stern, bahkan membuat enam sandal edisi terbatas yang dihiasi berlian dan emas. Desainer Gustavo Lins membuat koleksi busana khusus untuk dipadukan dengan sandal jepit pelangi ini. Havaianas juga bekerja sama dengan Missoni untuk menciptakan lini sandal jepit dengan motif zigzag khas label mewah tersebut.

Seiring inovasi dan perkembangannya, harga sepasang sandal jepit Havaianas juga meningkat. Di Brasil, harganya hanya Rp 47.000. Namun, seri premiumnya bisa mencapai Rp 265.000 di Inggris. Di Amerika, sebagian besar model dihargai Rp 190.000-Rp 284.000.

Meskipun begitu, Havaianas tetap populer di kalangan pelanggan dari kelas menengah ke bawah di Brasil. Menurut Porto, orang-orang ini bersedia menabung untuk mendapatkan model dan warna yang berlainan. Mereka melihat para bos, bintang TV, dan bintang film asing mengenakan sandal tersebut, dan mereka bangga karena juga memakainya. Sandal jepit ini sudah mereka pakai sejak masih pakai popok, dan turun-temurun hingga mereka sendiri punya anak. Mereka tak bisa membayangkan jika harus hidup tanpa sandal jepit legendaris ini.

sumber :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

kamus cowok !

Jejak Panjang Seni Lukis Modern Indonesia part.2

Mickey Mouse